SHARE

istimewa

Salah satu peserta lainnya, Yang Peiwen, mahasiswa S3 dengan cermat merancang rencana pengajarannya sejak dua bulan sebelum berangkat ke Indonesia, termasuk di antaranya pelajaran kesenian, sains, dan kerajinan tangan sederhana.

Menurut Yang, pelajaran kerajinan tangan sederhana yang diajarkannya sangat digemari para murid karena model-model jembatan dan pesawat mengandung banyak teori teknis.

"Ternyata para murid di Indonesia ini sangat pintar dan dengan cepat sekali mereka membuat produknya dan memahami teori di baliknya," ungkap Yang.

Sama seperti Wang, Yang juga menerima hadiah dan kartu ucapan terima kasih dari para muridnya di Indonesia. "Saya sangat terharu, mereka menyiapkan banyak hadiah untuk kami dan mereka menyukai kelas kami, itulah yang saya inginkan sebagai guru mereka," tutur Yang.

Selain mengajar di ruang kelas, para sukarelawan guru asal China memandu para murid mereka mengenal kebudayaan China dengan berbagai kegiatan. Dan sama saja, untuk lebih memahami kebudayaan Bali yang unik, mereka bertamu di rumah-rumah para murid dan berkomunikasi dengan keluarga mereka, yang meninggalkan kesan mendalam di hati para peserta.

Ketika berada di Bali, para pemuda asal China tersebut juga berpartisipasi dalam sebuah program konservasi penyu dengan pengalaman dan pengetahuan terkait. Mereka berencana membawa kaki palsu yang khusus disesuaikan kembali ke Bali dan membantu memasang kaki palsu tersebut untuk penyu-penyu terluka.

Yu Yong Chia (35), warga negara Indonesia yang merupakan pemandu dan penerjemah bagi tim Tsinghua, mengatakan dirinya ingin memberikan "nilai tertinggi" kepada para sukarelawan guru tersebut.

"Betul, mereka memang masih kurang pengalaman dan keterampilan dalam pendidikan, tetapi mereka sangat cermat dan rajin, inilah yang paling vital," tutur Yu, dan dia berharap akan ada semakin banyak pertukaran antarmasyarakat di masa mendatang.

Halaman :
Tags
SHARE