SHARE

istimewa

CARAPANDANG - Tinggal di negeri orang bukanlah suatu pilihan bagi Weldie, Ona, Tuwa, dan Norin. Sejak lahir atau balita, mereka tinggal di Negara Malaysia bersama dengan orang tua yang bermigrasi ke sana untuk bekerja sebagai buruh perkebunan kelapa sawit. Namun, tanpa berbekal dokumen kependudukan yang resmi, hak-hak seperti layaknya warga negara, tidak dapat mereka terima sepenuhnya, termasuk dalam hal pendidikan. Kini, berkat program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) Repatriasi yang diinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Weldie, Ona, Tuwa, dan Norin bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA di Tanah Air.

“Siapa sih yang enggak mau balik ke negara sendiri dan melanjutkan pendidikan di sini?” tanya Weldie Rainald Basa Bolen saat ditemui di sela kunjungan ke Museum Pahlawan 10 November dalam rangka Pelatihan Wawasan Kebangsaan ADEM Repatriasi Jawa Timur di Kota Surabaya, Sabtu (14/10). Pelatihan Wawasan Kebangsaan sendiri diberikan kepada para siswa ADEM Repatriasi antara lain untuk menanamkan jiwa nasionalisme serta  mendampingi mereka agar tidak mengalami gegar budaya.

Sejak lahir hingga usia 16 tahun, Weldie tinggal bersama orang tuanya di Sabah, Malaysia. Orang tua Weldie berasal dari Larantuka, Nusa Tenggara Timur. Sementara orang tuanya bekerja di perkebunan kelapa sawit, Weldie belajar di Community Learning Center (CLC) wilayah Sabah. Jalan terbuka ketika pemerintah Indonesia melalui Kemendikbudristek menyosialisasikan program ADEM Repatriasi. Menyadari keterbatasan kondisi mereka selama ini, Weldie tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dan memutuskan pulang ke Tanah Air.

“Karena kita di Malaysia adalah pendatang, jadi belum mendapatkan hak-hak seperti yang kita dapatkan di sini. Di sini, mendapatkan pendidikan yang sangat-sangat layak bagi saya,” tutur Weldie yang kini sudah dua bulan berada di Indonesia dan bersekolah di SMA Negeri 3 Malang.

Ditemui pada kesempatan yang sama, Ona Ernastin Erwin, siswi usia 19 tahun asal Flores, Nusa Tenggara Timur, mengungkapkan bahwa dirinya memiliki mimpi yang kuat untuk kembali ke Tanah Air. Ona yang sebelumnya bersekolah di CLC wilayah Sabah, menyambut baik ketika program ADEM Repatriasi dibuka. Dengan dukungan orang tua, ia membulatkan tekad untuk melanjutkan pendidikan di Indonesia dan mulai merintis cita-citanya untuk menjadi seorang tentara.

“Untuk membuktikan ke orang-orang bahwa perempuan itu tidak lemah dan membuktikan kepada keluarga kalau saya bisa seperti orang lain,” tegas Ona yang kini bersekolah di SMA Immanuel Batu, Malang.

Senada dengan Ona, Tuwan Oktavio, yang saat ini berusia 18 tahun, dahulu tinggal di Indonesia hanyalah sebatas angan. Di Sabah, selain belajar, Tuwan juga mengisi waktu dengan membantu ibunya menjaga bayi atau bermain gitar.

“Saya membayangkan rasanya bisa tinggal di Tanah Air tercinta, bagaimana bisa mengenal lingkungan alamnya di sana, teman-teman baru di sana,” tuturnya.

Berbekal nasihat dari orang tuanya, Tuwan akhirnya berangkat ke Indonesia dan melanjutkan sekolah di SMK Brantas Karangkates, Malang. Mereka berpesan agar Tuwan menjaga diri, menjaga sikap, dan mengedepankan sopan santun.

“Itu harus dijaga, jangan buat orang tua merasa kecewa dengan sikap kami selama berada di Indonesia. Jika bisa, belajar rajin-rajin untuk membanggakan mereka,” ungkapnya. dilansir kemdikbud.go.id
 

Halaman :
Tags
SHARE