SHARE

Presiden Joko Widodo (kedua kiri) bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kedua kanan) berfoto bersama dengan Presiden China Xi Jinping (kiri) dan istri Peng Liyuan (kanan) saat menghadiri Welcoming Dinner and Cultural Performance KTT G20 di kawasan Taman

CARAPANDANG - Cuaca di lokasi masuk Apurva, Kempinski, pada Selasa (15/11)  begitu cerah. Sebanyak 38 pemimpin delegasi baik kepala negara/pemerintahan, maupun pemimpin lembaga internasional tiba di Apurva, Kempinski Hotel, Bali.

Para tokoh dunia itu tiba di lokasi dengan menumpang kendaraan listrik ataupun non-listrik. Polisi Militer dengan sigap mengarahkan iringan kendaraan menuju lokasi kedatangan.

Paspampres penjaga keamanan VIP dengan atasan merah dan celana panjang putih berjejer rapi menyambut para tamu negara.

Dengan berpakaian sipil lengkap, para tamu spesial itu memasuki teras dan berjalan di lorong berkarpet merah yang kemudian disambut hangat oleh Presiden RI Joko Widodo.

Dengan senyum merekah dan jabatan tangan erat, Presiden Jokowi menyalami para kepala negara/pemerintahan dan pimpinan lembaga yang satu per satu tiba di lokasi penyambutan.

Di depan instalasi latar tiga lidah api dengan campuran warna merah dan biru berlogo G20 di tengahnya, Presiden menjabat tangan dan berfoto bersama masing-masing tamu.

Usai sesi penyambutan dan foto, Jokowi mengajak para pemimpin ke Candi Ballroom untuk mengikuti sesi pertama KTT G20 yang membahas ekonomi global, keamanan pangan, dan energi.

Dapat menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT G20 dan memimpin Presidensi G20 Indonesia, menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia.

“Merupakan sebuah kehormatan bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah KTT G20. Saya sangat paham, perlu upaya yang luar biasa agar kita dapat duduk bersama di ruangan ini,” kata Presiden dalam sambutan pengantar sesi pertama KTT G20.

Pada awal pekan ini, dunia internasional berfokus kepada pertemuan G20. Indonesia berupaya maksimal dalam menjembatani perbedaan yang begitu besar.

Indonesia menegaskan bahwa keberhasilan forum G20 dapat tercapai jika seluruh anggotanya berkomitmen, bekerja keras, menyisikan perbedaan untuk menghasilkan sesuatu yang konkret dan bermanfaat bagi dunia.

Seluruh negara bertanggung jawab tidak hanya kepada masyarakatnya saja, tetapi juga atas masyarakat dunia.

“Bertanggung jawab berarti menghormati hukum internasional dan prinsip-prinsip Piagam PBB secara konsisten,” tegas Jokowi.

Usai melakukan sesi pembahasan pertama, Presiden dan para pemimpin melakukan santap siang di Rumah Bambu, Ocean Front Lawn, Apurva Kempinski.

Usai santap siang, Presiden dan kepala delegasi kembali ke Candi Ballroom untuk melakukan sesi pembahasan kedua KTT G20.

Dalam pembukaan sesi kedua, Indonesia mendorong dunia mengambil langkah nyata dan segera sehingga dunia lebih siap untuk menyelamatkan nyawa dan ekonomi global.

Tiga hal langkah nyata yang diusulkan Indonesia yakni penguatan arsitektur kesehatan global, pemberdayaan negara berkembang, dan penyiapan dunia dari darurat kesehatan global.

Never again harus menjadi mantra kita bersama,” ucap Jokowi.

Kemudian, dalam pertemuan Kemitraan Infrastruktur dan Investasi Global (PGII), Indonesia mendukung skema itu harus berdasarkan kebutuhan negara tujuan.

Upaya PGII juga harus didasarkan kepada paradigma kolaborasi dalam mendukung pembangunan infrastruktur di negara berkembang.

Fokus PGII juga harus menghasilkan dukungan pembangunan berkelanjutan, termasuk melalui pembangunan hijau dan transisi energi.

Jamuan makan malam

Pada malam harinya, beberapa kepala delegasi menghadiri jamuan makan malam di Garuda Wisnu Kencana. Sorotan lampu ke arah tebing dan patung garuda wisnu kencana menjadi pemandangan yang spektakuler.

Para tamu tiba di karpet merah dan disambut oleh Jokowi bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo. Para tamu negara mengenakan batik sementara Presiden dan Ibu Iriana mengenakan pakaian adat khas Bali.

Indonesia mengapresiasi kehadiran para tamu dalam acara yang juga menampilkan pertunjukkan seni budaya itu.

Patung Garuda Wisnu Kencana karya I Nyoman Nuarta dijelaskan oleh Presiden bermakna cinta, tanggung jawab, keberanian, dan pengabdian.

Sedangkan menu santap malam yang disajikan kepada kepala delegasi berasal dari berbagai daerah Indonesia. Sebagai pembuka, campuran mangga, rumput laut, salad dengan bumbu rujak bali dan perkedel jagung daging rajungan Manado.  

Menu lainnya,  tenderloin sapi wagyu asal Lampung, rendang Padang, mousseline singkong dan kentang, asparagus dalam saus kunyit Bali, hingga puree terong balado menjadi menu utama malam itu.

Para tamu juga menyicip menu penutup berupa mousse coklat Aceh, nasi tuille, beras ketan hitam dengan kelapa parut, dan coulis mangga.

Penampilan kesenian juga dilakukan secara apik dan megah, dengan sorotan cahaya dan video ke arah tebing yang mengelilingi lapangan.

Tarian kontemporer, antara lain khas Bali, Jawa, hingga Papua, serta musik dan lirik dalam acara itu sarat makna yang mengingatkan perlunya seluruh negara hidup harmonis bersama untuk keluar dari situasi sulit pasca pandemi COVID-19 yang mendera.

Indonesia menjadi Presidensi G20 setelah menerima dari Italia pada 2021, dan akan menyerahkan kepada India sebagai Presidensi G20 2023.

Presidensi G20 Indonesia mengangkat tema Recover Together, Recover Stronger dengan tiga isu prioritas, pertama arsitektur kesehatan, kedua transisi energi berkelanjutan, dan ketiga transformasi digital.

Para kepala delegasi telah membahas isu pertama dan kedua pada Selasa (15/11) dan isu ketiga pada Rabu.

Selain itu, Bali juga menjadi saksi sejumlah pertemuan bilateral kepala negara/pemerintahan anggota G20, seperti pertemuan bersejarah antara Presiden AS Josep R Biden dan China Xi Jinping yang menyepakati perlunya meningkatkan kembali hubungan kedua negara dan dialog secara terbuka dan jujur.

Sejumlah negara lain juga melaksanakan pertemuan bilateral seperti Prancis, Turki, Jerman, dan China. Sebagai tuan rumah, tentu hal itu dapat membuat peran Indonesia dalam pembangunan global semakin meningkat.




Tags
SHARE